Jumat, 31 Mei 2013

golden age@chil

PERKEMBANGAN ASPEK FISIK, MOTORIK, KOGNITIF, BAHASA, MORAL, SOSIAL, EMOSI DAN AGAMA DARI BAYI HINGGA KANAK-KANAK
A. Perkembangan Aspek Fisik

Daur Pertumbuhan Fisik

Petumbuhan fisik tidak dapat dikatakan mengikuti pola ketetapan yang tertentu. Pertumbuhan tesebut terjadi secara bertahap atau dengan kata lain seperti naik turunnya gelombang adakalanya cepat adakalanya lambat.

Daur Pertumbuhan Utama

Studi tentang pertumbuhan fisik telah menunjukkan bahwa pertumbuhan anak dapat di bagi menjadi 4 periode utama, dua periode ditandai dengan pertumbuhan yang cepat dan dua periode lainnya dicirikan oleh pertumbuhan yang lambat.
Selama periode pralahir dan 6 bulan setelah lahir, pertumbuhan tubuhnya sagat cepat. Pada akhir tahun pertama kehidupan pasca lahirnya, pertumbuhan memperlihatkan tempo yang sedikit lambat dan kemudian menjadi stabil sampai si anak memasuki tahap remaja, atau tahap kematangan kehidupan seksualnya.

Keanekaragaman Daur Pertumbuhan

Ukuran dan bangun tubuh yang diwariskan secara genetik, juga mempengaruhi laju pertumbuhan tersebut. Anak-anak yang mempunyai bangun tubuh kekar biasanya akan tumbuh dengan cepat dibandingkan dengan mereka yang bangun tubuhnya kecil atau sedang. Anak-anak dengan bangun tubuh besar ini, biasanya akan memasuki tahap remaja lebih cepat dari pada teman sebayanya yang mempunyai bangun tubuh lebih kecil.

Besar Kecilnya Ukuran Tubuh

Besar kecilya tubuh seseorang dipengaruhi oleh factor keturunan dan juga factor lingkungan. Faktor keturunan menentukan cara kerja hormon yang mengatur pertumbuhan fisik yang dikeluarkan oleh lobus anterior dari kelenjar pituitary, suatu kelejar kecil yang terletak didasar sebelah bawah otak.

Tinggi Tubuh

Anak-anak dengan usia sebaya dapat memparlihatkan tinggi tubuh yang sangat berbeda, tetapi pola pertumbuhan tinggi tubuh mereka tetap mengikuti aturan yang sama. Bila dihitung secara rata-rata, pola ini dapat menggambarkan pertumbuhan anak pada usia tertentu. hal ini dipenganruhi oleh faktor dari dalam (gen) dan faktor dari luar seperti asupan gizi yang memadai untuk pertumbuhan tinggi badan

Berat Tubuh

Rata-rata berat bayi ketika dilahirkan adalah 3 sampai 4 kg, tatapi ada juga beberapa bayi yany beratnya 1½ sampai 2 kg.Pada waktu berusia 2 dan 3 tahun berat tubuh anak akan bertabah 1½ sampai 2 ½ kg setiap tahunnya. Setelah anak berusia 3 tahun, nampak berat tubuh tidak lagi bertambah dengan cepat, bahkan cenderung pelahan sampai saatnya nanti ia memasuki usia remaja. Pada usia 5 tahun, seorang anak yang normal akan memiliki berat tubuh yang berkisar antara 40 dan 45 kg.

Proporsi Tubuh

Proporsi tubuh atau perbandingan besar kecilnya anggota badan secara keseluruhan pada bayi jelas berbeda dari proporsi orang dewasa. Pertumbuhan tinggi dan berat badan menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi badan anak lebih cepat dari pada pertumbuhan berat badannya. Kecuali pada tahun pertama kehidupan sewaktu ia tumbuh dengan cepat

Tulang

Perkembangan tulang yang terjadi pada setiap manusia biasaya mencakup pertumbuhan tulang, perubahan jumlah tulang, dan perubaha komposisi tulang. Perkembangan tulang ini sejalan dengan kecenderungan pertumbuhan umumnya yaitu pada tahu pertama pertumbuhan cepat sekali, kemudia lambat da pada saat remaja menjadi cepat kembali.

Pertumbuhan tulang terjadi karea memang ada pemajangan pada ujung tulang. Epiphisis, juga disebut tulang rawa memisahkan baying tulang atau yang disebut diaphsis dari tulang lainya.

Otot dan Lemak

Pada saat seseorang dilahirkan, dia sudah mempunyai serabut otot, tetapi masih belum berkembang. Setelah kelahiranya, serabut ini akan berubah ukuran, bentuk dan komposisi. Panjang, lebar, dan ketebalan otot ini akan mengalami proses pertumbuhan. Memasuki usia dewasa, otot ini telah berkembang sebanyak lima kali dari saat dilahirkan.

Dalam perkembangan pembentukan sel lemak ada tiga periode kritis. Periode pertama selama tiga bulan terakhir kehidupan pra lahir, periode kedua selama dua sampai tiga tahun kehidupan pasca lahir dan periode ke tiga atara usia sebelas sampai tiga belas tahun.

Gigi

Biasanya gigi susu sudah akan memotong graham bayi ketika ia berusia enam sampai delapan bulan, tetapi kapan tepatnya gigi itu tumbuh keluar tergantung pada kesehatan, keturuan, gizi, jenis kelamin anak, dan factor lainnya. Rata-rata anak usia sembilan bulan sudah memilki tiga gigi sedangkan pada usia dua sampai dua setengah tubuh mereka akan memiliki dua puluh gigi susu yang telah tumbuh.

Setelah gigi susu tumbuh sempurna, dalam gusi anak nantinya calon gigi tetap mlai diberi kapur pengguat. Urutan gigi tetap yag diberi kapur penguat ini sama dengan proses terjadinya pemunculan gigi susu. Rata-rata anak berusia enam tahun akan mempunyai satu atau dua gigi tetap, pada usia sepuluh tahun mempunyai empat belas sampai enam belas gigi susu, da pada usia 13 tahun telah memiliki 27 atau 28 gigi tetap. Empat gigi tetap terakir, yang serig disebut sebagai gigi kebijakan akan tumbuh pada usia 17 dan 25 tahun.

B. Perkembangan Aspek Bahasa (berbicara)

Perkembangan bahasa di tingkat pemula ( bayi) dapat dianggap semacam persiapan berbicara.

Pada bulan-bulan pertama, bayi hanya pandai menangis. Dalam hal ini tangisan bayi dianggap sebagai pernyataan rasa tidak senang.
Kemudian ia menangis dengan cara yang berbeda-beda menurut maksud yang hendak dinyatakannya.
Selanjutnya ia mengeluarkan bunyi ( suara-suara ) yang banyak ragamnya. tetapi bunyi-bunyi itu belum mempunyai arti , hanya untuk melatih pernapasan saja.
Menjelang usia pertengahan dia tahu pertama, ia meniru suara-suara yang didengarkannya, kemudian mengulangi suara tersebut, tetapi bukan karna dia sudah mengerti apa yang dikatakan kepadanya.

Ada dua alasan mengapa bayi belum pandai berbicara: pertama, alat-alat bicaranya belum sempurna. Kedua, untuk dapat berbicara, ia memerlukan kemampuan berpikir yang belum dimiliki oleh anak bayi. Kemampuan berbicara dapat dikembangkan melalui belajar dan berkomunikasi dengan orang lain secara timbal balik.

Ditingkat pemula ( bayi ) tidak ada perbedaan perkembangan bahasa antara anak yang tuli dengan anak yang biasa. Anak tuli juga menyatakan perasaan tak senang dengan cara menangis. sedangkan rasa senangnya dinyatakan dengan berbagai macam suara raban, tetapi tingkat perkembangan bahasa yang selanjutnya tidak dialami olehnya. Ia tidak mampu mengulangi suara-suara rabannya dan suara orang lain. Jika ia nanti sudah besar, ia akan menjadi bisu.

Pada mulanya motif anak mempelajari bahasa adalah agar dapat memenuhi:

keinginan untuk memperoleh informasi tentang lingkungannya, diri sendiri, dan kawan-kawannya ini terlihat pada anak usia 2 setengah – 3 tahun.
Memberi perintah dan menyatakan kemauannya.
Pergaulan social dengan orang lain.
Menyatakan pendapat dan ide-idenya.

Perkembangan bahasa seorang anak menurut Clara dan William Stern, ilmuan bangsa Jerman, dibagi dalam empat masa, yaitu: masa kalimat satu kata, masa memberi nama, masa kalimat tunggal dan masa kalimat majemuk.

Kalimat satu kata: satu tahun s.d satu tahun enam bulan

Dalam masa pertama ini seorang anak mulai mengeluarkan suara-suara raban yakni permainan dengan tenggorokan, mulut dan bibir supaya selaput suara menjadi lebih lembut. Selain itu di masa ini seorang anak sudah dapat menirukan suara-suara walaupun tidak begitu sama persis dengan bunyi aslinya. Di masa ini juga mulai terbentuknya satu kata. Anak sudah mulai bisa mengucapkan kata seperti “ibu” dan lainnya.

Masa memberi satu nama: satu setengah tahun s.d dua tahun

Dalam masa kedua ini terjadi masa apa itu, masa dimana mulai timbul suatu dorongan dalam diri seorang anak untuk mengetahui banyak hal. Inilah yang menyebabkan anak akan sering bertanya apa ini? apa itu? siapa ini? dan lainnya. Dan di masa ini kemampuan anak merangkai kata mulai meningkat. Dulu yang hanya bisa satu kata, bertambah menjadi dua kata, tiga kata hingga lebih sempurna.

Masa kalimat tunggal: dua tahun s.d setengah tahun.

Dalam masa ketiga ini terdapat usaha anak untuk dapat berbahasa dengan lebih baik dan sempurna. Anak mulai bisa menggunakan kalimat tunggal serta menggunakan awalan dan akhiran pada kata. Namun tak jarang anak membuat kata-kata baru yang lucu didengar dengan menggunakan caranya sendiri.

Masa kalimat majemuk : dua tahun enam bulan dan seterusnya.

Di tahap ini seorang anak sudah dapat mengucapkan kalimat yang lebih panjang dan sempurna,baik berupa kalimat majemuk dan berupa pertanyaan, sehingga susunan bahasanya terdengar lebih sempurna.

C. Perkembangan Aspek Moral

Untuk mempermudah dalam membahas perkembangan moral, prlu untuk dimengerti arti istilah tersebut.

Perilaku moral berarti perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial. “Moral”berasal dari kata latin yang berarti tatacara, kebiasaan dan adat. Perilaku moral dikendalikan oleh konsep-konsep moral- peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya dan yang menentukan popla perilaku yang diharapkan dari seluruh anggota kelompok.

Perilaku tak bermoral berarti perilaku yang tidak sesuai dengan harapan sosial. perilaku demikian tidak disebabkan oleh ketidak acuhan akan harapan sosial, melainkan ketidak setujuan dengan standart sosial atau kurang adanya perasaan wajib menyesuaikan diri.

Perilaku amoral berarti perilaku yang lebih disebabkan ketidak acuhan terhadap harapan kelompok sosial dari pada pelanggaran sengaja terhadap standart kelompok. Beberapa diantara perilaku anak kecil lebih bersifat amoral dari pad takbermoral.

Pada saat lahir, tidak ada anak yang memiliki hati nurani atau skala nilai. Akibatnya, tiap bayi yang baru lahir dapat dianggap amoral. Tidak seorang anakpun dapat diharapkan mengembangkan kode moral sendiri. Maka, tiap anak harus diajarkan standart kelompok tentang yang bernar dan yang salah.

Dalam mempelajari sikap moral, terdapat empat pokok utama:

1) Mempelajari apa yang diharapkan kelompok sosial dari anggotanya sebagaimana dicantumkan dalam hukum, kebiasaan, dan peraturan.

2) Mengembangkan hati nurani.

3) Belajar mengalami perasaan bersalah dan rasa malu bila perilaku individu tidak sesuai dengan harapan kelompok.

4) Mempunyai kesempatan untuk interaksi sosial untuk belajar apa saja yang diharapkan anggota kelompok.

Pola Perkembangan Moral

Menurut Peaget, perkembangan moral terjadi dalam dua tahap. Tahap pertama disebut tahap realisme moral ( moralitas oleh pembatasan”. Tahap kedua disebut moralitas otonomi ( moralitas oleh kerja sama atau hubungan timbal balik)

Dalam tahap yang pertama ini seorang anak menilai tindakan sebagai benar atau salah atas dasar konsekuensinya dan bukan berdasarkan motifasi dibelakangnya. Moral anak otomatis mengikuti peraturan tanpa berfikir atau menilai, dan cendrung menganggap orang dewasa yang berkuasa sebagai maha kuasa. Yang paling penting menurut Piaget bahwa anak menilai suatu perbuatan benar atu salah berdasarkan hukuman bukan pada nilai moralnya.

Di tahap kedua perkembangan kognitif anak telah terbentuk sehingga dia dapat mempertimbangkan semua cara yang mungkin untuk memecahkan masalah tertentu. Anak mulai dapat melihat masalah dari berbagai sudut pandang dan dapat mempertimbangkan berbagai faktor untuk memecahkan masalah.

D. PERKEMBANGAN AGAMA

1). Perkembangan Jiwa Beragama

Dalam rentang kehidupan terdapat beberapa tahap perkembangan. Menurut Kohnstamm, tahap perkembangan kehidupan manusia dibagi menjadi lima periode, yaitu:

1. Umur 0 – 3 tahun, periode vital atau menyusuli.

2. Umur 3 – 6 tahun, periode estetis atau masa mencoba dan masa bermain.

3. Umur 6 – 12 tahun, periode intelektual (masa sekolah)

4. Umur 12 – 21 tahun, periode social atau masa pemuda.

5. Umur 21 tahun keatas, periode dewasa atau masa kematangan fisik dan psikis seseorang.


Elizabeth B. Hurlock merumuskan tahap perkembangan manusia secara lebih lengkap sebagai berikut:

1. Masa Pranatal, saat terjadinya konsepsi sampai lahir.

2. Masa Neonatus, saat kelahiran sampai akhir minggu kedua.

3. Masa Bayi, akhir minggu kedua sampai akhir tahun kedua.

4. Masa Kanak- Kanak awal, umur 2 – 6 tahun.

5. Masa Kanak- Kanak akhir, umur 6 – 10 atau 11 tahun.

6. Masa Pubertas (pra adolesence), umur 11 – 13 tahun

7. Masa Remaja Awal, umur 13 – 17 tahun. Masa remaja akhir 17 – 21 tahun.

8. Masa Dewasa Awal, umur 21 – 40 tahun.

9. Masa Setengah Baya, umur 40 – 60 tahun.

10. Masa Tua, umur 60 tahun keatas.

2. Agama Pada Masa Anak- Anak

Sebagaimana dijelaskan diatas, yang dimaksud dengan masa anak- anak adalah sebelum berumur 12 tahun. Jika mengikuti periodesasi yang dirumuskan Elizabeth B. Hurlock, dalam masa ini terdiri dari tiga tahapan:

1. 0 – 2 tahun (masa vital)

2. 2 – 6 tahun (masa kanak- kanak)

3. 6 – 12 tahun (masa sekolah)

Anak mengenal Tuhan pertama kali melalui bahasa dari kata- kata orang yang ada dalam lingkungannya, yang pada awalnya diterima secara acuh. Tuhan bagi anak pada permulaan merupakan nama sesuatu yang asing dan tidak dikenalnya serta diragukan kebaikan niatnya. Tidak adanya perhatian terhadap tuhan pada tahap pertama ini dikarenakan ia belum mempunyai pengalaman yang akan membawanya kesana, baik pengalaman yang menyenangkan maupun yang menyusahkan. Namun, setelah ia menyaksikan reaksi orang- orang disekelilingnya yang disertai oleh emosi atau perasaan tertentu yang makin lama makin meluas, maka mulailah perhatiannya terhadap kata "tuhan" itu tumbuh.

Perasaan si anak terhadap orang tuanya sebenarnya sangat kompleks. Ia merupakan campuran dari bermacam- macam emosi dan dorongan yang saling bertentangan. Menjelang usia 3 tahun yaitu umur dimana hubungan dengan ibunya tidak lagi terbatas pada kebutuhan akan bantuan fisik, akan tetapi meningkat lagi pada hubungan emosi dimana ibu menjadi objek yang dicintai dan butuh akan kasih sayangnya, bahkan mengandung rasa permusuhan bercampur bangga, butuh, takut dan cinta padanya sekaligus.

Menurut Zakiah Daradjat, sebelum usia 7 tahun perasaan anak terhadap tuhan pada dasarnya negative. Ia berusaha menerima pemikiran tentang kebesaran dan kemuliaan tuhan. Sedang gambaran mereka tentang Tuhan sesuai dengan emosinya. Kepercayaan yang terus menerus tentang Tuhan, tempat dan bentuknya bukanlah karena rasa ingin tahunya, tapi didorong oleh perasaan takut dan ingin rasa aman, kecuali jika orang tua anak mendidik anak supaya mengenal sifat Tuhan yang menyenangkan. Namun pada pada masa kedua (27 tahun keatas) perasaan si anak terhadap Tuhan berganti positif (cinta dan hormat) dan hubungannya dipenuhi oleh rasa percaya dan merasa aman.

3. Tahap Perkembangan Beragama Pada Anak

Sejalan dengan kecerdasannya, perkembangan jiwa beragama pada anak dapat dibagi menjadi tiga bagian:

a) The Fairly Tale Stage (Tingkat Dongeng)

Pada tahap ini anak yang berumur 3 – 6 tahun, konsep mengenai Tuhan banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosi, sehingga dalam menanggapi agama anak masih menggunakan konsep fantastis yang diliputi oleh dongeng- dongeng yang kurang masuk akal. Cerita akan Nabi akan dikhayalkan seperti yang ada dalam dongeng- dongeng.

Pada usia ini, perhatian anak lebih tertuju pada para pemuka agama dari pada isi ajarannya dan cerita akan lebih menarik jika berhubungan dengan masa anak-anak karena sesuai dengan jiwa kekanak- kanakannya. Dengan caranya sendiri anak mengungkapkan pandangan teologisnya, pernyataan dan ungkapannya tentang Tuhan lebih bernada individual, emosional dan spontan tapi penuh arti teologis.

b) The Realistic Stage (Tingkat Kepercayaan)

Pada tingkat ini pemikiran anak tentang Tuhan sebagai bapak beralih pada Tuhan sebagai pencipta. Hubungan dengan Tuhan yang pada awalnya terbatas pada emosi berubah pada hubungan dengan menggunakan pikiran atau logika.

Pada tahap ini teradapat satu hal yang perlu digaris bawahi bahwa anak pada usia 7 tahun dipandang sebagai permulaan pertumbuhan logis, sehingga wajarlah bila anak harus diberi pelajaran dan dibiasakan melakukan shalat pada usia dini dan dipukul bila melanggarnya.

c) The Individual Stage (Tingkat Individu)

Pada tingkat ini anak telah memiliki kepekaan emosi yang tinggi, sejalan dengan perkembangan usia mereka. Konsep keagamaan yang diindividualistik ini terbagi menjadi tiga golongan:

Konsep ketuhanan yang konvensional dan konservatif dengan dipengaruhi sebagian kecil fantasi.
Konsep ketuhanan yang lebih murni, dinyatakan dengan pandangan yang bersifat personal (perorangan).
Konsep ketuhanan yang bersifat humanistik, yaitu agama telah menjadi etos humanis dalam diri mereka dalam menghayati ajaran agama.

Berkaitan dengan masalah ini, Imam Bawani membagi fase perkembangan agama pada masa anak menjadi empat bagian, yaitu:

a. Fase dalam kandungan

Untuk memahami perkembangan agama pada masa ini sangatlah sulit, apalagi yang berhubungan dengan psikis ruhani. Meski demikian perlu dicatat bahwa perkembangan agama bermula sejak Allah meniupkan ruh pada bayi, tepatnya ketika terjadinya perjanjian manusia atas tuhannya,

b. Fase bayi

Pada fase kedua ini juga belum banyak diketahui perkembangan agama pada seorang anak. Namun isyarat pengenalan ajaran agama banyak ditemukan dalam hadis, seperti memperdengarkan adzan dan iqamah saat kelahiran anak.

c. Fase kanak- kanak

Masa ketiga tersebut merupakan saat yang tepat untuk menanamkan nilai keagamaan. Pada fase ini anak sudah mulai bergaul dengan dunia luar. Banyak hal yang ia saksikan ketika berhubungan dengan orang-orang orang disekelilingnya. Dalam pergaulan inilah ia mengenal Tuhan melalui ucapan- ucapan orang disekelilingnya. Ia melihat perilaku orang yang mengungkapkan rasa kagumnya pada Tuhan. Anak pada usia kanak- kanak belum mempunyai pemahaman dalam melaksanakan ajaran Islam, akan tetapi disinilah peran orang tua dalam memperkenalkan dan membiasakan anak dalam melakukan tindakan- tindakan agama sekalipun sifatnya hanya meniru.

d. Masa anak sekolah

Seiring dengan perkembangan aspek- aspek jiwa lainnya, perkembangan agama juga menunjukkan perkembangan yang semakin realistis. Hal ini berkaitan dengan perkembangan intelektualitasnya yang semakin berkembang.

4. Sifat agama pada anak

Sifat keagamaan pada anak dapat dibagi menjadi enam bagian:

a. Unreflective (kurang mendalam/ tanpa kritik)

Kebenaran yang mereka terima tidak begitu mendalam, cukup sekedarnya saja. Dan mereka merasa puas dengan keterangan yang kadang- kadang kurang masuk akal. Menurut penelitian, pikiran kritis baru muncul pada anak berusia 12 tahun, sejalan dengan perkembangan moral.

b. Egosentris

Sifat egosentris ini berdasarkan hasil ppenelitian Piaget tentang bahasa pada anak berusia 3 – 7 tahun. Dalam hal ini, berbicara bagi anak-anak tidak mempunyai arti seperti orang dewasa.

Pada usia 7 – 9 tahun, doa secara khusus dihubungkan dengan kegiatan atau gerak- gerik tertentu, tetapi amat konkret dan pribadi. Pada usia 9 – 12 tahun ide tentang doa sebagai komunikasi antara anak dengan ilahi mulai tampak. Setelah itu barulah isi doa beralih dari keinginan egosentris menuju masalah yang tertuju pada orang lain yang bersifat etis.

c. Anthromorphis

Konsep anak mengenai ketuhanan pada umumnya berasal dari pengalamannya. Dikala ia berhubungan dengan orang lain, pertanyaan anak mengenai (bagaimana) dan (mengapa) biasanya mencerminkan usaha mereka untuk menghubungkan penjelasan religius yang abstrak dengan dunia pengalaman mereka yang bersifat subjektif dan konkret.

d. Verbalis dan Ritualis

Kehidupan agama pada anak sebagian besar tumbuh dari sebab ucapan (verbal). Mereka menghafal secara verbal kalimat- kalimat keagamaan dan mengerjakan amaliah yang mereka laksanakan berdasarkan pengalaman mereka menurut tuntunan yang diajarkan pada mereka. Shalat dan doa yang menarik bagi mereka adalah yang mengandung gerak dan biasa dilakukan (tidak asing baginya).

e. Imitatif

Tindak keagamaan yang dilakukan oleh anak pada dasarnya diperoleh dengan meniru. Dalam hal ini orang tua memegang peranan penting.

Pendidikan sikap religius anak pada dasarnya tidak berbentuk pengajaran, akan tetapi berupa teladan

f. Rasa heran

Rasa heran dan kagum merupakan tanda dan sifat keagamaan pada anak. Berbeda dengan rasa heran pada orang dewasa, rasa heran pada anak belum kritis dan kreatif. Mereka hanya kagum pada keindahan lahiriah saja. Untuk itu perlu diberi pengertian dan penjelasan pada mereka sesuai dengan tingkat perkembangan pemikirannya. Dalam hal ini orang tua dan guru agama mempunyai peranan yang sangat penting.

E. PERKEMBANGAN SOSIAL

Menurut keyakinan tradisional sebagian manusia dilajirkan dengan sifat social dansebagian tidak. Orang yang lebih banyak merenungi diri sendiri daripada bersama-sama dengan orang lain, atau mereka yang bersifat social pikirannya lebih banyak tertuju pada hal-hal diluar dirinya, secara ‘alamiah’ memang sudah bersifat demikian, atau karena factor keturunan. Juga orang yang menentang masyarakat yaitu orang yang anti social.

1). Mulainya Perilaku Sosial

Pada waktu lahir, bayi tidak suka bergaul dengan orang lain. Selama kebutuhan fisik mereka terpenuhi, mereka tidak mempunyai minat terhadap orang lain. Pada vulan pertama atau kedua sejak bayai dilahirkan, mereka semata-mata bereaksi terhadap rangsangan dilingkungan mereka, terlepas dari apakah asal rangsangan itu manusia atau benda, sebagai contoh, mereka tidak dapat membedakan dengan jelas antara suara manusia dan suara lainnya.

Sosialisasi dalam bentuk perilaku yang suka bergaul dimulai pada bulan ketiga, tatkala bayidapat membedakan antaramanusia dan benda dilingkungan mereka dan mereka bereaksi secara berbeda terhadap keduanya. Pada saat itu otot mereka cukup kuat dan terkoordinasi sehingga memunginkan untuk menatap orang atau benda dan mengikuti gerak orang ataubenda tersebut, dan melihat sasaran itu dengan jelas. Pendengaran mereka juga cukup berkembang sehingga memungkinkan mereka mengenal suara. Akibat dari perkembangan ini, ditinjau dari sudut kematangan, mereka telah siap untuk belajar bermasyarakat.

2). Reaksi Terhadap Orang Deewasa

Reaksi social pertama bayi adalah terhadap orang dewasa karena, secara normal, orang dewasa merupakan hubungan social pertama bayi. Pada masa bayi menginjak usia tiga bulan, mereka memalingkan muka kearah suara maa dan tersenyum membalas senyuman atau berketuk. Bayi mengeksperesikan kegembiraan terhadap kehadiran orang lain dengan tersenyum, menyepakkan kaki, atau melambaikan tangan. Senyuman social, atau senyuman sebagai reaksi terhadap orang yang dibedakan dari senyuman reflek yang timbul olehrabaan pada pipi atau bibir bayi, dipandang sebagai awal perkembangan social.

Pada bulan ketiga, bayi menangis ketika ditinggalkan sendiriran dan mereka berhenti menangis jika diajak berbicara atau dialihkan perhatiannya dengan suara gemerincing atau bunyi alat lainnya. Bayi mengenal ibunya dan orang-orang dekat lainnya dan menunjukkan rasa takut terhadap orang dewasa yang dikenal dengan menangis atau memalingkan muka.

Pada bulan keempat, bayi melakukan penyesuaian pendahuluan kalau akan diangkat, memperlihatkan perhatian yang selektif terhadap wajah orang, melihat ke arah orang yang meninggalkannya, tersenyum kepada seseorang yang berbicara dengannya, memperlihatkan kegembiraan terhadap perhatian pribadi, dan tertawa bila diajak bermain,

Dari umur lima sampai enam bulan, bayi bereaksi secara berbeda kepada senyuman dan omelan, dan dapat membedakan antara suara yang ramah dan suara yang bernada marah. Bayi mmengenal orang yang sudah akrab dengan tersenyum, daakutan memperlihatkan ekspresi ketakutan yang jelas terhdap kehadiran orang yang tidak dikenal. Padausia enam bulan, gerak social mereka semakin agresif. Sebagai contoh, bayi menarik rambut orang yang membopongnya, mencekau hidung dan kacamatanya, dan meraba wajah orang tersebut.

Pada umur tujuh ata Sembilan bulan, bayi berusaha menirukan suara pembicaraan dan juga menirukan perbuatan dan isyarat yang sederhana. Pada umur 12bulan, mereka dapat menahan diri untuk melakukan sesuatu sebagai reaksi atas kata-kata, “jangan-jangan!”. Mereka memperlihatkan ketakutan dan ketidaksukaan kepada orang yang tidak dikenal dengan menghindar dan menangis jika ada orang yang tidak dikenal mendekati mereka. Dari umur 15bulan, bayi memperlihatkan minat yang semakin bertambah terhadap orang dewasa dan keinginan yang kuat untuk berada bersama atau menirukan mereka. Pada umur dua tahun, merekadapaat bekerja sama dengan orang dewasa dalam sejumlah aktivitas sederhana, seperti membantu ketika dimandikan atau dikenakan baju.

Dengan demikian, jelas bahwa dalam jangka waktu yang relative pendek bayi berubah dari anggota kelompok yang pasif, yang menerima perhatian lebih banyak dan memberikan sedikit sebagai balasannya,menjadi anggota ynag aktif yang memprakarsai hubungan social dan berpartisipasi dalam aktivitas keluarga. Mereka telah melewati masa tidak suka bergaul dan tahap social dalam pola perkembangan.

3). Reaksi Terhadap Bayi Lain

Petunjuk pertama yang nyata bahwa bayi memperhatikan bayi lain terjadi antara umur empat dan lima bulan ketika mereka tersenyum kepada bayi lain atau memperlihatkan perhatian pada tangis bayi lain. Hubungan yang ramah diantara bayi biasanya mulai antara umur enam bulan dan delapan bulan yang mencakup melihat, dan meraba bayi lain. Usaha yang seringkali menimbulkan perkelahian. Antara umur Sembilan dan 13 bulan, bayi menyelidiki bayi lain dengan cara menarik rambut atau bajunya, menirukan perilaku dan suara bayi lain, dan untuk pertama alinya memperlihatkan kerja sama dalam penggunaan mainan. Jika sebuah mainandiambil oleh bayi lain, biasanya bayi menjadi marah, berkelahi, dan menangis.

Reaksi social terhadap bayi lain dan anakanak berkembang pesatpada umur dua tahun. Pada umur 12 dan 13 bulan, bayi tersenyum dan tertawa menirukan bayi lain atau anak-anak. Minat mereka berpindah dari mainan ke bayi lain atau anak-anak, perkelahian berkurang dan pada waktu bermain mereka lebih banyak bekerja sama. Pada pertengahan akhir tahun kedua, bayi memandang mainan sebagai alat untuk membina hubungan social. Mereka bekerjasama dengan teman bermain, mengubah perilaku untuk menyesuaikan diri dengan aktivitas ke teman bermain, dan melibatkan diri dalam permainan yang sederhana dengan anak-anak kecil atau anak-anak yang lebih tua.

golden age