Kamis, 27 Juni 2013

Enam Cara Memaksimalkan Perkembangan Otak Bayi

Tahukah Anda bahwa bagi bayi, orangtualah mainan terbaiknya? Interaksi orangtua dengan si kecil akan mengalahkan mainan mahal jenis apapun dalam menunjang perkembangan otaknya. Ada 6 cara mudah mengembangkan otak bayi.
Otak bayi mulai tumbuh dan berkembang sejak usia kandungan ibu menginjak delapan minggu. Susunan saraf pusat atau otak merupakan organ yang pertama kali terbentuk. Pada awalnya, sekitar hari ke-16 usia kehamilan, terbentuk lempeng saraf (neural plate) yang kemudian akan menggulung membentuk tabung saraf (neural tube) pada hari ke-22.
Mulai usia kehamilan delapan minggu, otak dan sel-sel saraf tumbuh dengan cepat dan mencapai puncaknya pada trimester ketiga.
Selanjutnya, sel-sel saraf mulai diproduksi. Menginjak hari ke-35 (sekitar minggu kelima), cikal bakal otak besar di ujung tabung saraf mulai terlihat. Dari sini, lalu terbentuk batang otak, otak kecil, dan bagian-bagian lainnya. Mulai usia kehamilan delapan minggu, otak dan sel-sel saraf tumbuh dengan cepat dan mencapai puncaknya pada trimester ketiga.
Hal terpenting yang bisa orangtua lakukan untuk si kecil adalah menghabiskan banyak waktu bersama. Ini yang bisa dilakukan orangtua:
  1. Tertawa: dengan mengajak si kecil tertawa, orangtua akan belajar mengenali apa yang menurut dia lucu dan disukainya. Anak juga akan belajar apa yang membuat orangtuanya tertawa.
  2. Berbicara: Ini adalah cara terbaik untuk mengasah kemampuan verbalnya.
  3. Bernyanyi: Si kecil akan senang jika orangtua bernyanyi untuknya. Cara ini juga efektif untuk menambah perbendaharaan katanya.
  4. Memeluk: Bayi membutuhkan pelukan untuk merasakan rasa sayang orangtuanya.
  5. Membaca: Dengan membaca, orangtua membantu mengasah kemampuan verbalnya.
  6. Bermain : Kegiatan ini dapat menumbuhkan rasa senang dan bahagia bersama antara anak dan orangtuanya.

Perkembangan Otak Anak

Banyak pendidik anak usia dini bertanya mengapa mereka perlu belajar tentang perkembangan dari bayi sampai usia enam tahun. Tahap-tahap perkembangan ini sangat penting untuk diketahui supaya dapat memenuhi kebutuhan setiap anak. Tidak semua anak berkelakuan atau berkembang sesuai dengan usia kronologis mereka. Sesungguhnya, banyak anak yang masuk program anak usia dini pada usia tiga atau empat tahun menunjukkan perilaku yang biasa terlihat pada anak yang lebih muda. Penelitian terakhir  pada empat program anak usia dini yang terdiri dari 80 anak, menunjukkan 51% mempunyai perkembangan sosial dan emosi seperti bayi usia 9-12 bulan dan anak usia 12-24 bulan; 27% mempunyai keterampilan motorik kasar seperti anak usia 12-24 bulan; dan 51% mempunyai kemampuan komunikasi di bawah rata-rata anak usia dua tahun. Sebelum analisa ini, orang dewasa dalam program ini mengharapkan anak-anak berfungsi seluruhnya seperti anak tiga dan empat tahun sesuai usia kronologis mereka. Begitu mereka menyadari, bahwa perilaku anak-anak di kelas mereka bukan merupakan perilaku yang nakal tetapi merupakan keterlambatan perkembangan yang memerlukan pijakan orang dewasa dan penataan lingkungan, maka mutu pengalaman program dapat ditingkatkan.
Naskah ini menggambarkan sesuatu yang biasa ditemukan di lembaga pendidikan untuk anak usia empat tahun; sekolah telah menyiapkan kurikulum untuk memenuhi kebutuhan khas anak usia empat tahun. Orang dewasa yang bekerja pada program anak usia dini seringkali tidak siap berhadapan dengan anak yang berperilaku seperti tahapan perkembangan di bawah usianya. Oleh karena itu, tujuan utama dari bab ini adalah membantu orang dewasa untuk memahami perkembangan anak usia dini. Tujuan lain adalah menolong orang dewasa dalam mengamati perkembangan anak yang terlambat (berkebutuhan khusus). Untuk dapat melakukan ini, terdapat dalam bagian selanjutnya, tetapi bukan pemikiran yang kuno, informasi baru tentang perkembangan otak dan jendela awal kesempatan, termasuk mengapa beberapa perkembangan otak anak-anak tertentu berubah. Bagian ini juga membahas teori Kecerdasan Jamak dari Gardner. Kita tidak bermaksud agar orang dewasa menjadi ahli dalam semua bidang ini, tetapi menyadari bahwa informasi ini ada dan selanjutnya mempelajari topik ini. Pada akhirnya, orang dewasa perlu tahu bagaimana melihat dan membandingkan usia perkembangan dan usia kronologis dan dapat menyiapkan pengalaman sesuai dengan tahap perkembangan anak usia dini setiap hari.
Pengamatan Usia Perkembangan dan Usia Kronologis
Salah satu prioritas utama dalam program anak usia dini yang bermutu adalah orang dewasa mengumpulkan data dasar untuk setiap anak dari setiap aspek  perkembangan. Orang dewasa yang tahu perkembangan anak dengan baik dapat melakukan ini melalui pengamatan pada setiap anak. Aspek yang diamati paling sedikit meliputi: perkembangan fisik, sosial, emosi, kognisi, penyesuaian diri, dan komunikasi. Secara umum, perkembangan fisik termasuk keterampilan motorik untuk gerakan motorik kasar dan gerakan motorik halus. Perkembangan sosial emosi termasuk kasih sayang, kedekatan, pengaturan diri, kemampuan bermain dan dapat bergaul dengan orang lain, kesadaran diri, percaya diri, kesejahteraan dan motivasi.
Perkembangan kognisi sulit untuk dipisahkan dari keterampilan bahasa dan motorik; walaupun demikian, cara berpikir anak biasanya dapat diamati melalui kapasitas belajar mereka, apa yang mereka tahu pada saat tertentu dan kemampuan mereka dalam menyesuaikan pada lingkungan yang baru. Perkembangan kognisi dapat diamati saat anak dapat mempertahankan perhatian mereka, mengingat secara rinci, mengikuti arahan sederhana dengan mudah, menata pikiran sendiri, memecahkan masalah dan memproses semua informasi sekitar mereka.
Perilaku penyesuaian diri, sering disebut keterampilan menolong diri sendiri, dan lebih mudah digambarkan dalam hubungannya dengan aspek lain dari perkembangan. Dari sisi fisik, contohnya keterampilan makan, tidur, mandi, berpakaian, latihan ke kamar kecil, merapihkan diri, menjaga suhu tubuh dan menghindari bahaya. Dari sisi sosial-emosi, contohnya kemampuan untuk menanggulangi, konsep diri, menggunakan mainan dengan tepat,  main bersama-sama dan mengkomunikasikan kebutuhan dasar (Benner, 1992).
Perkembangan komunikasi merupakan hubungan yang rumit antara kemampuan hasil ucapan dan bahasa. Komunikasi adalah istilah yang sangat umum untuk menjelaskan hubungan, pertukaran informasi dan gagasan serta dapat dilakukan dengan atau tanpa bahasa. Bahasa adalah penggunaan tanda-tanda atau simbol yang bermakna; bisa ditulis atau diucapkan. Ucapan adalah satu cara mengekspresikan bahasa untuk tujuan komunikasi (Benner, 1992). Selama pengamatan, perlu diperhatikan bahasa ekspresif dan bahasa reseptif. Bahasa reseptif artinya anak dapat mendengar, mengingat dan memahami apa yang dikatakan pada mereka. Bahasa ekspresif dimulai dengan membuat suara dan belajar bagaimana bergantian kemudian berkembang ketika  anak mulai berbicara, berkata apa yang mereka pikirkan dan menggunakan kata-kata untuk memenuhi kebutuhan mereka. Paling tidak pengamatan dari perkembangan anak harus mencakup aspek ini.
Aspek perkembangan lain yang patut mendapat pengamatan orang dewasa adalah penginderaan. Penggabungan sensori adalah proses neurologi dalam pengelolaan informasi yang kita dapatkan dari badan atau lingkungan kita.  Kranowitz (1998) menggambarkan penginderaan sebagai “indera dekat” dan “indera jauh.” Indera jauh adalah yang dekat dengan wajah termasuk penglihatan, rasa (di lidah), penciuman, dan pendengaran. Indera dekat biasa disebut indera tersembunyi oleh karena kita tidak menyadarinya, tidak dapat mengendalikannya, dan tidak bisa mengamati secara langsung. Indera ini sangat dibutuhkan untuk hidup karena mereka mengatur tubuh kita. Mereka termasuk vestibular (gravitasi dan gerakan) dan “proprioception” (sensasi otot dan sendi); ini digambarkan terinci oleh Ayres (1979). Anak usia dini umumnya pada tahap sensorimotor (Piaget, 1962); mereka menjelajahi dan mengemudikan dunia mereka dengan menggunakan semua indera ini baik yang dekat maupun yang jauh. Bila indera dekat berjalan secara lancar dan tepat, anak dapat memperhatikan informasi yang datang dari indera jauh (suara, penglihatan, penciuman, dll). Orang dewasa dapat mengamati anak yang punya kehalusan perasaan dalam aspek-aspek tertentu. Sebagai contoh, beberapa anak, memegang telinga dengan tangan mereka saat truk yang bersuara keras lewat ketika mereka bermain di lapangan, sementara yang lain dapat mengabaikan kebisingan dan bahkan dapat berkonsentrasi di tengah-tengah suara keras. Beberapa anak senang dipeluk sementara yang lain menolak disentuh atau bereaksi ketika mereka dipeluk terlalu keras. Label di baju atau jahitan di kaos kaki sangat mengganggu beberapa anak. Perbedaan ini bila cukup kuat dapat mengganggu kemampuan anak untuk memperhatikan dan berperan serta secara penuh dalam pengalaman pendidikannya.
Kunci untuk membedakan anak yang mempunyai kebutuhan khusus dengan anak yang hanya sensitif adalah memahami tahap-tahap perkembangan anak. Ini membutuhkan pengalaman langsung dengan anak, intuisi, pengamatan terus menerus, dokumentasi yang cermat dan kerjasama diantara guru-guru, para ahli dan orang tua.
Perkembangan Otak dan Awal Jendela Kesempatan
Banyak pendidik anak usia dini perlu memahami tentang tahun-tahun awal kehidupan yaitu selama masa bayi bahkan sebelum perkembangan otak anak berubah. Akhir-akhir ini, ada ledakan yang sesungguhnya dari penelitian perkembangan otak dan informasi ilmiah sehubungan dengan “sifat-sifat kritis” yang dibawa pada tiga tahun pertama kehidupan (Gopnik, Meltzoff, & Kuhl, 1999; Karr-Morse, 1997; Newsweek, 1997; Patel, 2002; Shonkoff & Philips, 2000; The Florida Starting Points Initiative, 1997).
Bayi lahir dengan berjuta-juta neuron yang memberikan kemungkinan untuk membuat hubungan yang banyak di dalam otak yang memimpin pada penafsiran dunianya nanti. Neuron-neuron diciptakan saat janin hanya berukuran 8 ons; sel-sel neuron bermigrasi keluar dan menciptakan lapisan-lapisan sel yang disusun dan diorganisasikan kembali ke dalam lajur atau kelompok disaat janin di kehamilan tua dan awal kehidupan bayi baru lahir. Pada kehamilan usia 24-26 minggu, sel-sel ini menyusun sendiri dalam cara yang akan menjadi berguna pada perkembangan sensori bayi. Penyusunan sel-sel ini berlangsung selama dua sampai tiga tahun. Sistem sensori penciuman, pendengaran dan rasa berkembang sejak dalam rahim dan perabaan/vestibular dirangsang sesudah lahir (Graven, 2000, Tampa Early Intervention Program, Case Studi Lectures).
Sel-sel sistem penglihatan menciptakan lajur yang lebih jauh akan dirangsang pada saat lahir, ketika bayi baru lahir menerima cahaya melalui matanya untuk pertama kali. Namun, jika bayi lahir lebih awal, sebagai contoh, sebelum kehamilan 31 minggu, proses penglihatan ini akan terganggu. Hasil dari gangguan proses ini dapat bervariasi (Graven, 2000, Tampa Early Intervention Program, Case Studi Lectures). Ada juga periode yang kritis saat empat sampai enam bulan sesudah kelahiran. Proses awal dari perkembangan penglihatan ini sangat penting bagi perkembangan bayi. Sebagai contoh, penglihatan terkait dengan pendengaran; itu memperkuat pembelajaran dengan menempatkan rangsangan penglihatan dengan suara. Perkembangan penglihatan juga berhubungan dengan perabaan; bayi menggunakan perabaan dan penglihatan bersama-sama untuk menjelajah dunia mereka. Akhirnya, perkembangan penglihatan terikat dalam keterampilan motorik dan bayi yang tidak dapat melihat mempunyai lebih banyak kesulitan membangun tonus otot. Penglihatan membangkitkan gerakan. Orang dewasa dalam lingkungan yang menghubungkan makna pada mainan bayi sering merangsang gerakan.
Walaupun banyak neuron-neuron yang diciptakan melebihi dari yang bayi butuhkan, tetapi hanya neuron-neuron yang dirangsang saja yang memberikan kesempatan belajar di kemudian hari. Neuron-neuron yang tidak dirangsang akan dilenyapkan melalui proses alamiah dan proses tersebut dikenal sebagai “pemangkasan neuron.” Pemangkasan sambungan-sambungan yang tidak digunakan dan diperlukan ini memungkinkan jalan yang sudah dirangsang untuk tumbuh dan membuat hubungan yang lebih rumit lagi (Robert R. McCormick Tribune Foundation, Ten Things Every Child Needs Videotape). Dalam kata lain, neuron-neuron yang tidak dirangsang selama periode waktu kritis tertentu akan hilang atau diubah. Sehingga, perlu sekali pengasuh memahami jendela kesempatan yang ada secara alamiah agar dapat merangsang dan mendukung hubungan otak yang berguna untuk pembelajaran sepanjang hayat.
Seiring dengan meningkatnya kesadaran pengetahuan masyarakat tentang awal perkembangan otak manusia, ketertarikan telah dibangkitkan tentang berbagai hal dalam kehidupan anak usia dini. Sehingga disebut sebagai jendela kesempatan atau periode kritis untuk sel-sel otak tumbuh, bermigrasi, bergabung, menyusun sendiri, menciptakan jalan dan menjadi “perkawatan” dalam otak membuat sebuah perbedaan bagaimana anak menjadi siap untuk menerima informasi (National Research Council Institute of Medicine, 2000). Para ahli syaraf sudah memberikan jaminan tentang kemampuan belajar anak jauh sebelum mereka masuk sekolah.
Bukti perkembangan otak ini sesuai dengan apa yang telah kita rasakan secara intuisi dan telah didukung oleh teori yang berkaitan dengan waktu kritis dari kegiatan dan praktek perawatan dasar. Apa yang kita lakukan pada awal kehidupan anak membuat suatu perbedaan dalam kehidupan anak usia dini. Oleh karena itu, kita perlu membacakan buku pada bayi, memegang dan membuai mereka, mengangkat mereka saat mereka menangis, memberi perhatian pada mereka, dan menanggapi mereka dengan cepat. Kita perlu berhubungan dengan anak usia satu dan dua tahun, memberi nama dalam dunia mereka, memberikan contoh-contoh bahasa positif pada mereka, memberikan banyak mainan yang sesuai untuk bermain, dan belajar bagaimana mereka tumbuh dan berkembang. Kita perlu melakukan banyak pekerjaan di awal dengan anak jauh sebelum mereka mendapatkan program anak usia dini dan masuk dalam penataan sekolah formal. Kapan dan bagaimana kita berhubungan dengan bayi dan anak usia satu atau dua tahun menentukan kerangka dasar untuk keberhasilan di sekolah nanti.
Bayi tidak boleh dianggap sebagai penerima rangsangan yang pasif. Tidak ada lagi “terkaan” tentang bagaimana otak itu tumbuh, berkembang, dan berfungsi. Sejumlah teknik ilmu-ilmu syaraf baru dapat dipakai dan memberi peluang jalan ilmuwan untuk mempelajari dan mendapatkan pemahaman yang lebih luas tentang perkembangan otak bayi. Sebagai contoh, PET (positron-emission tomography) scan memberikan para ilmuwan kemampuan untuk mengukur tingkat dari kegiatan sinaptik dalam otak; kejadian-kejadian yang paling dramatik memang berlangsung selama masa bayi sampai tiga tahun. Pada usia tiga bulan, otak bayi ditekankan pada bagian belakang otak (lobus oksipital) dimana fungsi penglihatan berada. Selama usia delapan bulan kehidupan, seluruh otak menunjukkan bukti dari kegiatan sinaptik; namun bagian depan otak (lobus prefrontal) juga secara jelas aktif dimana perencanaan penyelesaian masalah dan pengaturan emosi berada (The Florida Starting Points Initiative, 1997). Berdasarkan kerja fungsi perkembangan otak dari Dr. H.T. Chugani di Rumah Sakit Anak di Michigan, Wayne State University, PET Scan telah menunjukkan gambaran awal dari perkembangan otak anak usia dini.
Teknik, penelitian dan informasi lanjutan dari ilmu perkembangan syaraf penting bagi pendidik, pengasuh, dan keluarga. Dengan luasnya informasi tersebut, kita tentunya tidak perlu menjadi ahli. Tetapi, penting bagi orang dewasa yang berada dalam proses membesarkan anak usia dini, memperhatikan masing-masing bagian otak dan fungsi-fungsi yang terkait, seperti dalam tabel berikut ini. Daerah otak ini secara sederhana didefinisikan oleh “National Research Council’s Institute of Medicine” dalam buku yang berjudul “From Neurons to Neighborhoods (2000) sebagai otak depan (cerebral hemispheres), otak tengah (jalan dari dan ke otak depan) dan otak belakang (batang otak dan serebelum). Kita juga perlu mengerti bahwa bagian-bagian otak itu saling berhubungan dan berkerjasama satu sama lain sepanjang waktu dalam suatu cara yang sistematik (dari depan ke belakang dan dari sisi ke sisi); mereka mengontrol bagaimana kita berfungsi sehari-hari (Florida Starting Points, 1997).
Korteks Serebral

Perkembangan Otak Anak Usia Dini

Anak adalah harta paling berharga yang dimiliki seseorang. Untuk anak, apa saja akan dilakukan. Untuk merawat anak kita, tidak hanya pakaian yang perlu kita cukupi. Tidak cukup pula hanya makanan atau pun keduanya. Merawat anak, kita harus juga memberikan perhatian dan kasih saying agar mereka berkembang menjadi anak yang bahagia dan pandai. Dalam memantau pertumbuhan anak, perkembangan otak merupakan hal yang perlu menjadi perhatian.
Pada usia dini, perkembangan otak anak sangat maju. Usia dini adalah masa dimana perkembangan otak anak sangat terbuka lebar untuk menyerap berbagai hal yang baru. Untuk orang tua, seharusnya ada kesadaran mengenai hal ini sehingga mereka bisa memaksimalkan perkembangan anak dengan memberikan banyak rangsangan dan masukan untuk anak agar tumbuh lebih cerdas. Perkemnbangan otak anak usia dini sangat prospektif untuk diberikan rangsangan kesenian seperti music misalnya. Mengajarkan music pada anak dari usia dini akan lebih diserap disbanding belajar music saat usia dewasa.
Selain itu, pada usia dini, perkembangan otak anak juga sangat baik untuk belajar bahasa. Anak lebih mudah menyerap bahasa sehingga mengajarkan bahasa pada anak akan lebih mudah disbanding mengajarkan bahasa pada orang tua seperti misalnya mengajarkan orang tua tuna aksara untuk membaca. Untuk membantu otak lebih berkembang, sering memperdengarkan music klasik juga bisa membantu anak untuk lebih berkembang.

Merangsang Kecerdasan Intelektual Anak Usia Dini

      Kecerdasan memang benar berasal dari faktor gen, tetapi selain itu keadaan lingkungan juga sangat membantu dalam mengembangkan kecerdasan anak. Lingkungan yang mendukung, menstimulasi, dan membiasakan anak untuk belajar akan membantu meningkatkan kecerdasan anak nantinya.

     Banyak orang tua betanya-tanya “kapan pembelajaran untuk anak-anak mereka dimulai? apakah jika saya mengajarkan terlalu banyak hal kepada bayi saya, dia bisa menjadi bosan di sekolah nantinya?”… Ayah…Bunda… abaikan segala pertanyaan itu, dan berikan sebanyak mungkin pengalaman belajar, dari masa bayi hingga seterusnya. Tapi ingat,,,memberikan pengalaman belajar kepada seorang bayi bukan berarti memaksanya untuk menghafalkan angka-angka atau warna-warna.

     Memberikan pengalaman belajar kepada seorang balita bukan berarti memaksanya untuk duduk manis di dalam kelas layaknya anak-anak usia sekolah. Pengalaman belajar untuk bayi dan balita adalah dengan mengajaknya bermain, berkomunikasi dan berinteraksi sebanyak mungkin. Jika kita memotivasi anak sedini mungkin untuk melihat, mendengar, berfikir dan menemukan. Kita akan meningkatkan rasa ingin tahunya dan keinginannya untuk belajar lebih banyak lagi. Sediakan waktu 10-15 menit, dua kali sehari, untuk waktu bermain yang berkualitas bersama anak.

  • Mainkan Cilukba di balik selimut atau bersembunyi di belakang kursi dan muncul kembali
  • Gerak-gerakkan sebuah boneka dan nyanyikan sebuah lagu hingga anak tertawa
  • Goyang-goyanglah mainan yang dapat mengeluarkan bunyi atau tamborin, pukulah sebuah drum dan liahatlah reaksinya.
  • Tiuplah gelembung sabun tinggi-tinggi ke udara untuk menstimulasi penglihatan, genggaman, dan koordinasi mata. (Mulai pada usia 5-6 bulan). Kegiatan ini juga menyenangkan dilakukan saat ia mandi. Bangunlah dan runtuhkan balok-balok. Tumpuklah balok-balok itu lagi (mulai dengan tiga balok saat anak berusia 6-9 bulan) dan ajaklah anak anda untuk melakukan hal yang sama. Buatlah menara yang lebih tinggi untuk balita anda.
  • Bukalah dan tutuplah pintu di boks mainan; kemudian biarkanlah anak yang lebih besar atau balita anda untuk bereksplorasi sendiri.
  • Perkenalkan beragam jenis buku, begitu bayi anda dapat melihat dan berfokus, membalik halaman buku, menekan tombol pada buku musik, dan tak lama kemudian anak anda akan ”membaca” sendiri.

psikologi perkembangan anak

psikologi perkembangan anakMasa anak-anak adalah saat-saat langka bagi mereka Terlebih 6 tahun pertama. Di saat inilah terjadinya perkembangan dan pertumbuhan otak anak yang luar biasa pesatnya. Oleh karena itu Anda sebagai orang tua / pendidik selayaknyalah menitikberatkan pendidikan anak di masa keemasan ini.
 

Bapak dan ibu yang budiman,
Ketahuilah bahwa pembentukan emosi dan kemajuan anak Anda sebenarnya telah dimulai semenjak Anda dan pasangan Anda (suami / istri) berniat untuk memiliki keturunan. Bahkan saya pernah mendengar pepatah /kata-kata bijak bahwa "membentuk jiwa anak adalah dimulai satu generasi sebelum anak dilahirkan".


Adalah benar bahwa pembentukan emosi anak ditentukan oleh orang tua dan lingkungannya. Orang tua berperan besar dalam membentuk anak luar dalam. Demikian pula dengan lingkungan, memegang andil yang cukup besar dalam membuat pola sikap anak-anak kita.

Dalam hal ini, akan lebih baik bila kita sebagai orang tua / pendidik mengenal karakteristik anak-anak kita. Dengan mengetahui psikologi perkembangan anak, tentu akan lebih mudah mengidentifikasi kebutuhan mendasar anak-anak kita untuk berkembang lebih lanjut, mengoptimalkan kemampuan dan kepintaran mereka.

Dengan mempelajari psikologi perkembangan anak usia dini, Anda akan mengenal pola dan sikap yang anak-anak Anda tunjukkan, sehingga Anda bisa memberikan bahasa kasih, support dan pujian yang tepat bagi perkembangan jiwa anak-anak sejak dini.

Selain kita membina diri dan keluarga kita, pun kita selayaknyalah memberikan perhatian bagi pembentukan dan perbaikan kepribadian masyarakat kita. Bila masyarakat memiliki kebiasaan dan karakter yang baik, tentu akan berbekas kepada jiwa anak-anak kita. Bila lingkungan masyarakat buruk, tentu saja akan dengan mudah mempengaruhi anak kita.

Membangun Karakter Sejak Pendidikan Anak Usia Dini

Karakter akan terbentuk sebagai hasil pemahaman 3 hubungan yang pasti dialami setiap manusia (triangle relationship), yaitu hubungan dengan diri sendiri (intrapersonal), dengan lingkungan (hubungan sosial dan alam sekitar), dan hubungan dengan Tuhan YME (spiritual). Setiap hasil hubungan tersebut akan memberikan pemaknaan/pemahaman yang pada akhirnya menjadi nilai dan keyakinan anak. Cara anak memahami bentuk hubungan tersebut akan menentukan cara anak memperlakukan dunianya. Pemahaman negatif akan berimbas pada perlakuan yang negatif dan pemahaman yang positif akan memperlakukan dunianya dengan positif. Untuk itu, Tumbuhkan pemahaman positif pada diri anak sejak usia dini, salah satunya dengan cara memberikan kepercayaan pada anak untuk mengambil keputusan untuk dirinya sendiri, membantu anak mengarahkan potensinya dengan begitu mereka lebih mampu untuk bereksplorasi dengan sendirinya, tidak menekannya baik secara langsung atau secara halus, dan seterusnya. Biasakan anak bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Ingat pilihan terhadap lingkungan sangat menentukan pembentukan karakter anak. Seperti kata pepatah bergaul dengan penjual minyak wangi akan ikut wangi, bergaul dengan penjual ikan akan ikut amis. Seperti itulah, lingkungan baik dan sehat akan menumbuhkan karakter sehat dan baik, begitu pula sebaliknya. Dan yang tidak bisa diabaikan adalah membangun hubungan spiritual dengan Tuhan Yang Maha Esa. Hubungan spiritual dengan Tuhan YME terbangun melalui pelaksanaan dan penghayatan ibadah ritual yang terimplementasi pada kehidupan sosial.

Jumat, 21 Juni 2013

 

Kata-kata bijak dalam mendidik anak

 

Jika anak hidup dengan kritikan,ia akan belajar untuk mengutuk.
Jika anak hidup dengan kekerasan, ia akan belajar untuk melawan.
Jika anak hidup dengan ejekan, ia akan belajar untuk menjadi pemalu.
Jika anak hidup dengan dipermalukan, ia akan belajar merasa bersalah.

Jika anak hidup dengan toleransi, ia akan belajar bersabar.
Jika anak hidup dengan dorongan, ia akan belajar percaya diri.
Jika anak hidup dengan pujian, ia akan belajar untuk menghargai.
Jika anak hidup dengan tindakan yang jujur, ia akan belajar tentang keadilan.
Jika anak hidup dengan rasa aman, ia akan belajar untuk mempercayai.
Jika anak hidup dengan persetujuan, ia akan belajar untuk menghargai dirinya.
Jika anak hidup dengan penerimaan dan persahabatan, ia akan belajar untuk menemukan cinta di muka bumi ini.

Jumat, 14 Juni 2013

Indonesia: Masa kecil anak ikut tentukan masa depan bangsa




Indonesia terus berupaya meningkatkan program-program bagi anak usia dini, sehingga anak bisa mengembangkan potensinya secara penuh. 
PESAN UTAMA
  • Usia antara 0-6 tahun merupakan masa keemasan dalam perkembangan anak, dimana otak manusia berkembang paling cepat dibanding pada usia sekolah maupun sesudahnya.
  • Indonesia terus melakukan upaya untuk meningkatkan pendidikan anak usia dini, namun jumlah dan mutu pelayanan yang ada masih terbatas.
  • Pemerintah Indonesia bekerjasama dengan Bank Dunia menjalankan program layanan komprehensif bagi anak usia dini terutama di pedesaan.

 Sekitar 20-an anak usia 4-5 tahun bernyanyi dengan antusias di depan sebuah bangunan kecil berwarna-warni. Keriangan ini tertangkap pula di wajah para orangtua yang mengantar mereka. Demikian suasana di pendidikan anak usia dini (PAUD) Mekar Melati, Sukabumi. Anak-anak PAUD Mekar Melati beruntung karena telah mendapatkan layanan penting yang amenentukan masa depan mereka kelak.
Lewat stimulasi yang tepat, seperti bermain dan bernyanyi, kemampuan berpikir, motorik, dan sosialisasi anak menjadi lebih berkembang. Menurut pengamatan Henhen, seorang fasilitator, guru-guru SD mulai menyadari perbedaan yang dibawa oleh PAUD.
Open Quotes
Anak-anak lulusan PAUD lebih mudah belajar, percaya diri dan mudah berinteraksi. Close Quotes
Henhen
Fasilitator
PAUD sekarang juga mulai berkoordinasi dengan Posyandu, agar anak dan orangtuanya dilayani oleh kader, petugas kesehatan dan bidan. “Dengan adanya layanan PAUD yang terintegrasi dengan posyandu, kasus gizi buruk telah menurun, “ ujar Ujam, Kepala Dinas Kesehatan Sukabumi.
Di Indonesia, ragam layanan PAUD meliputi Tempat Penitipan Anak, Kelompok Belajar, Pos PAUD yang terintegrasi dengan Posyandu, Bina Keluarga Balita, Taman Pendidikan Quran, hingga Taman Kanak-Kanak/Raudhatul Athfal dan dirancang sesuai dengan usia dan tahap perkembangan anak.
Saat ini sebagian besar layanan PAUD masih berdiri sendiri-sendiri. Misalnya, TK atau Kelompok Bermain belum terintegrasi dengan program BKB dan Posyandu. Pada acara Dialog PAUD Nasional bulan Januari 2012 lalu, pemerintah sepakat mengembangkan sebuah sistem layanan PAUD nasional yang terpadu. Menurut pakar dan praktisi nasional PAUD, Professor Anna Alisjahbana yang merintis Taman Posyandu sejak tahun 2000, “Konsep Posyandu bertujuan untuk mengurangi kesenjangan perkembangan anak dalam hal kesehatan dan psikososial. Ke depannya diharapkan pemenuhan kebutuhan tumbuh kembang anak 0-6 tahun akan diperoleh di satu tempat, atau di beberapa lokasi namun terintegrasi.” Dengan pola integratif ini, Direktorat Pembinaan PAUD Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk sejak tahun 2001, menargetkan 75 persen anak usia dini akan terlayani pada tahun 2015.
Persoalan Akses, Kualitas dan Persepsi Masyarakat
Pemerintah terus mengupayakan layanan PAUD yang terjangkau dan berkualitas terutama bagi anak-anak dari keluarga tidak mampu. Saat ini, dari 32,4 juta anak Indonesia usia 0-6 tahun, masih kurang dari setengahnya terlayani. Sedangkan dari yang belum terlayani, sebagian besar berasal dari kelompok usia di bawah 3 tahun dan tersebar di daerah pedesaan. Tantangan pemerintah ke depan adalah bagaimana memastikan kelompok ini pun terlayani.
Blue Print (Rancangan Besar) Program PAUD hingga 2025 yang di rilis oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2011, menyebutkan rendahnya kualitas dan kompetensi tenaga pendidik PAUD. Lebih dari 60% tenaga pendidik PAUD di Indonesia masih berijasah SMA atau dibawah D2. Untuk mengatasi hal ini pemerintah secara bertahap merencanakan peningkatan mutu pendidik PAUD melalui berbagai program beasiswa pendidikan, pelatihan dan pemagangan – yang membutuhkan dana tidak sedikit.
Selain itu, banyak yang belum memahami pentingnya PAUD. Sebagian menganggap PAUD sebagai tempat bermain dan bernyanyi saja, sementara orangtua biasanya ingin anaknya pintar dengan cara cepat, misalnya mampu menghitung, membaca dan menulis sehingga lulus ujian masuk SD. Orangtua baru mendaftarkan anaknya ke TK saat anak menjelang umur 5 tahun. Padahal dalam rentang usia 3-6 tahun, bermain adalah cara belajar yang paling efektif untuk menstimulasi perkembangan bahasa, motorik, sosio-emosional, kognitif serta keterampilan komunikasi anak.

Program Pendidikan dan Pengembangan Anak Usia Dini (PPAUD)
Salah satu inisiatif pemerintah bagi perkembangan anak usia dini adalah Program Pendidikan dan Pengembangan Anak Usia Dini. Melalui kerjasama dengan Bank Dunia dan Pemerintah Kerajaan Belanda, program ini membantu memberikan layanan PAUD bagi masyarakat miskin sejak tahun 2006. Ditargetkan pada tahun 2013, PPAUD mampu menjangkau 738.000 anak di 3.000 desa, di 50 kabupaten.
Program ini mengadopsi konsep pembangunan berbasis masyarakat agar sepenuhnya menjadi milik masyarakat dan berkesinambungan. Sebagai contoh, masyarakat memilih sendiri warganya untuk dilatih menjadi tenaga pendidik. Saat ini, 12.000 tenaga pendidik telah menerima pelatihan dan pembinaan untuk menjaga mutu layanan. Sebuah Standar Nasional PAUD juga telah diterbitkan sebagai acuan bagi para penyedia dan pengelola dalam meningkatkan mutu layanan PAUD mereka.
Program ini juga memberikan layanan pemeriksaan kesehatan, pemberian makanan tambahan, vitamin, pembiasaan hidup bersih sehat, serta pendidikan berbasis keluarga. Program selalu berupaya meningkatkan pemahaman dan peran serta orangtua, masyarakat, dan pemerintah daerah serta mengembangkan layanan bagi anak di bawah 3 tahun beserta orangtuanya.
Sejak awal, program ini juga mensyaratkan komitmen dari Pemerintah Daerah untuk menjaga keberlangsungan layanan setelah program berakhir.

Indahnya Kebersamaan Keluarga

 


Dunia yang semakin modern disertai dengan kebutuhan yang semakin bervariasi banyak menuntut supaya orang tua bekerja dua-duanya. Mommy atau suamipun harus mengikuti jadwal rutinitas pekerjaan. Kebersamaan bersama keluarga terkadang terasa begitu singkat dan bahkan sedikit terabaikan. Adanya kecanggihan teknologi seperti telepon genggam banyak menolong untuk tetap terus mengadakan komunikasi dengan anggota keluarga yang lain sekalipun terpisah oleh jarak yang jauh. Tapi apakah itu cukup untuk menggantikan kehadiran Mommy dalam sebuah kebersamaan?
Pentingnya kebersamaan adalah kehadiran seseorang di tengah-tengah keluarga. Satu jam saja waktu yang disediakan akan sangat berarti dibanding waktu-waktu Mommy dan keluarga yang banyak tersita untuk hal-hal yang lain. Jadi manfaatkan benar-benar waktu kebersamaan bareng keluarga sebagai refreshing batin Mommy. Suasana tenang dan rileks saat kumpul bersama keluarga akan memberikan efek positif pada pikiran Mommy, sekaligus dapat meningkatkan kinerja Mommy dalam beraktifitas atau bekerja. Satu hal lagi, kebersamaan yang berkualitas akan memotivasi untuk lebih saling percaya, saling menghargai, dan saling terbuka dalam berkomunikasi.
Saran praktis bentuk kegiatan kebersamaan keluarga.
1. Sediakan waktu bermain dan bercanda bersama
Kuncinya bukan luangkan waktu Moms, kalau meluangkan waktu disaat ada urusan lain maka akan gampang tergoyahkan. Tetapi kalau menyediakan waktu, berarti berkomitmen untuk menyediakan waktu bersama-sama bareng keluarga. Nah, disaat seperti ini sebisa mungkin hindari gangguan dari pekerjaan atau gangguan lainnya. Telepon dan internet yang gak terlalu penting ditinggalin dulu, pergi bareng teman-teman ditunda dulu, pokoknya khusus deh berikan waktu untuk menciptakan kebersamaan di keluarga inti Mommy.
2. Nonton bareng
Kalau Mommy masih belum punya si kecil atau memang sedang kembali berkencan berdua seru-seru saja untuk nonton bareng keluar. Pilih film yang disukai oleh Mommy dan suami sehingga kedua-duanya bisa menikmati. Jadwalin juga nonton bareng si kecil. Tentunya film yang sesuatu dengan umur si kecil. Tergantung usia si kecil, kalau memang si kecil belum bisa untuk berkonsentrasi panjang sampai film selesai tidak perlu dipaksakan Moms. Selingi dengan canda, cemilan ringan bersama si kecil. Nikmati waktu bersama-sama.
3. Rekreasi bareng
Rencanakan liburan seru dan asyik bareng keluarga. Kalau ada waktu untuk liburan panjang ada baiknya pergi ke tempat rekreasi yang jauh tapi menenangkan. Tentunya dilengkapi dengan sarana untuk si kecil bermain. Diskusikan bareng-bareng supaya semua tahu kemana akan pergi dan semua setuju. Liburan singkat seperti weekend juga bisa dimanfaatkan untuk rekreasi bareng. Ke tempat-tempat yang mudah dijangkau dan jangan lupa cenderungkan rekreasi alam untuk mengenalkan si kecil pada alam dan dunia binatang atau tumbuhan sejak kecil.
Satu hal yang perlu dicermati, terkadang memang terjadi hal-hal kecil yang membuat Mommy atau suami tidak sabaran dengan si kecil saat liburan. Lebih baik berusaha mengendalikan emosi, alihkan ke hal-hal yang lebih menarik namun tetap menunjukkan disiplin pada si kecil. Tapi jangan sampai emosi berlebihan akhirnya menggagalkan rencana untuk bersenang-senang bareng keluarga.
4. Menciptakan moment istimewa di hari-hari istimewa
Hari ulang tahun anggota keluarga, hari anniversay, hari ibu, atau hari-hari yang lain. Kebersamaan yang istimewa tidak melulu berbicara tentang hadiah-hadiah yang istimewa. Cari tahu kesukaan si kecil atau suami, berikan kejutan dan tunjukkan kasih sayang yang tulus. Bukan hanya karena sebuah kebiasaan untuk merayakan hari-hari istimewa tetapi suatu ungkapan kasih yang tulus untuk menunjukkan kasih sayang kepada seluruh anggota keluarga.
5. Beribadah bersama
Ini hal yang terpenting Moms. Apalagi di moment bulan Ramadhan seperti saat ini. Beribadah bersama bareng-bareng sekeluarga akan menciptakan hubungan batin yang baik. Menciptakan ketenangan dan kedamaian, sekaligus melatih dan mengenalkan si kecil tentang pendidikan agama sejak kecil. Sholat bersama-sama di rumah, berdoa atau bergereja sekeluarga, pergi ke pure berbarengan, atau ke acara-acara keagamaan yang lain bersama-sama sekeluarga akan menjadi moment kebersamaan yang indah dan tak tergantikan.
Sebuah pelukan hangat tidak bisa diberikan tanpa sebuah kehadiran. Sebuah senyuman bisa ditunjukkan lewat sebuah foto, namun pancaran mata bersinar yang penuh kasih sayang tidak akan bisa tersampaikan. Sebuah video dapat menunjukkan kebahagiaan, tetapi tangan tidak dapat menjangkaunya dan merengkuhnya dalam pangkuan Mommy. Sebuah kehadiran disertai rasa sayang yang tulus membuat sebuah kebersamaan sangatlah berarti.

Pendidikan anak usia dinii, mengasah keunikan anak

PAUDNGESTI : Tingkat kesadaran masyarakat untuk memberikan pendidikan pada anak usia dini sudah semakin membaik. Hal itu sejalan dengan gerakan pendidikan anak usia dini (PAUD) yang digalakkan pemerintah. Hanya kesadaran tersebut belum diimbangi dengan ketersediaan lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) yang memenuhi syarat. Ketua Himpunan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini (Himpaudi) Jabar, Anna Anggraeni mengatakan, hal itu terjadi karena adanya persepsi dan cara pandang yang salah dari masyarakat. Mencampuradukkan pendidikan dengan nilai bisnis. Menganggap PAUD menjadi lahan peluang untuk mencari uang.   Yang paling fatal, bila latar belakang pendidik tidak memahami kurikulum tumbuh kembang anak, keunikan anak dan perkembangan inovasi model pembelajaran. Padahal, PAUD merupakan fasilitator yang menjembatani keunikan setiap anak. Anak dalam satu kesempatan bisa mendapat multikecerdasan. Menyadari segala keterbatasan tersebut, Himpaudi selaku organisasi profesi yang beranggotan pendidik dan tenaga kependidikan PAUD sudah membentuk pengurus mulai dari tingkat wilayah, kab./kota, dan ranting beberapa kecamatan yang satu sama lain saling berhubungan secara sinergis. Hal itu bertujuan untuk peningkatan mutu pendidik dan saling melengkapi. Sesuai visi Himpaudi tahun 2015 menjadikan pendidik yang profesional, tangguh, berakhlak mulia, dan disyaratkan berlatar belakang S-1. Sementara untuk percepatan sosialisasi dan peningkatan mutu pendidik, Himpaudi mengadakan pelatihan “Beyond Center and Circle Times” (BCCT). “Respons di daerah sangat mengharukan. Mereka sangat haus ilmu dan pembelajaran. Sungguh, percepatan pelayanan yang kita berikan harus kita jaga bersama untuk kualitas pendidik tutor di lapangan,” ujar Anna. Pelatihan swadaya dan yang terakhir kami lakukan tanggal 5-6 Juli 2008 di PAUD terbuka Bina Insani. Pada kesempatan itu, para pengurus melakukan temu pimpinan daerah dengan inovasi kemasan kegiatan. “Bukan hanya sharing, caracter building, tetapi juga pemberian materi pendidik PAUD dari Jakarta,” ujarnya. Peserta juga memeroleh materi-materi tentang penanaman budi luhur oleh pembina Bina Insani. “Semua itu diupayakan untuk mengupas sentuhan hati kiprah dan tugas profesi pendidik PAUD,” imbuhnya. Selain itu, Himpaudi berupaya keras melalui semua komponen untuk menjaga kesinambungan PAUD nonformal dan PAUD informal, antara lain para tutor, keluarga, ibu dan bapak pengasuh, serta anggota keluarga lainnya termasuk nenek, kakek, agar kesinambungan pendidikan dengan kemasan iman dan takwa tidak hanya dilakukan di sekolah, tetapi juga di rumah dan di lingkungan anak tersebut berada. “Memang masih perlu adanya sosialisasi dan kesadaran semua pihak. Apalagi anak peniru ulung dan sangat membutuhkan rasa aman dan nyaman serta keteladanan dari sekitarnya,” ujar Anna. Menjawab tentang dampak negatif bila lembaga PAUD tidak sesuai dengan yang disyaratkan, Anna mengatakan, akan terjadi dampak permanen, mengingat usia anak PAUD memiliki kecerdasan optimal yang dapat menyerap apa pun yang diberikan kepadanya. Oleh karena itu, semua metode yang terangkum dalam BCCT menjadi semacam “obat generik”. Panduan kegiatan PAUD ini disesuaikan dengan tumbuh kembang dan dikemas dalam suasana bermain sambil belajar. Tidak lagi dengan sistem klasikal. Pendekatan lingkaran dan sentra ini didesain untuk memenuhi identitas anak bermain, mampu melahirkan minat yang pada akhirnya menumbuhkan minat pada keaksaraan. Jadi bukan dengan cara calistung. “Jadi, tuntutan orang tua yang merasa bangga dan menuntut anak usia dini mahir calistung bukan lagi cara pandang tepat. Selain belum waktunya, juga melanggar hak anak bermain. Efeknya, akan menimbulkan kejenuhan dini pada anak. Biasanya terlihat pada usia anak kelas 4 SD dan seterusnya,” tutur Anna. Perihal syarat sebuah lembaga PAUD yang ideal, Anna menyebutkan niat sebagai landasan awal. Sementara pengelolanya bisa PAUD nonformal, TPA, kelompok bermain, SPS yang didirikan oleh organisasi kemasyarakatan dan berbadan hukum. Dapat pula oleh orsos dan organisasi wanita yang memiliki susunan pengurus, pendidik yang berlatar belakang yang disyaratkan, rencana tahunan, semester, bulanan, dan harian.   sumber : (Eriyanti/”PR”)***