Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
dengan Pengantar Bahasa Inggris
Isu
globalisasi saat ini menuntut sumberdaya manusia yang berkualitas dan
mampu berkomunikasi dalam berbagai bahasa asing terutama Bahasa Inggris
sebagai bahasa internasional. Keahlian berbahasa asing ini diperlukan
untuk menguasai ilmu pengetahuan, memiliki pergaulan luas dan karir yang
baik. Hal ini membuat semua orang dari berbagai kalangan termotivasi
untuk mengusai Bahasa Inggris.
Kecenderungan
masyarakat akan penguasaan bahasa asing tersebut, membuat berbagai
lembaga pendidikan saling berlomba membuat program yang memasukan Bahasa
Inggris sebagai salah satu keahlian yang dikembangkan. Termasuk lembaga
pendidikan anak usia dini (PAUD).
Hal ini berdasarkan asumsi bahwa anak lebih cepat belajar bahasa asing
dari pada orang dewasa (Santrock, 313: 2007). Sebuah penelitian yang
dilakukan Johnson dan Newport, 1991 (Santrock, 313:2007) menunjukan
bahwa imigran asal Cina dan Korea yang mulai tinggal di Amerika pada
usia 3 sampai 7 tahun kemampuan Bahasa Inggrisnya lebih baik dari pada
anak yang lebih tua atau orang dewasa.
Penelitian
lain yang menyatakan kebermanfaatan menguasai bahasa asing lebih dini,
dinyatakan Mustafa (2007), bahwa anak yang menguasai bahasa asing
memiliki kelebihan dalam hal intelektual yang fleksibel, keterampilan
akademik, berbahasa dan sosial. Selain itu, anak akan memiliki kesiapan
memasuki suatu konteks pergaulan dengan berbagai bahasa dan budaya.
Sehingga ketika dewasa anak akan menjadi sumber daya manusia yang
berkualitas dan bisa berprestasi . Mustafa (2007) menambahkan bahwa
pemahaman dan apresiasi anak terhadap bahasa dan budayannya sendiri juga
akan berkembang jika anak mempelajari bahasa asing sejak dini.
Alasannya karena mereka akan memiliki akses yang lebih besar terhadap
bahasa dan budaya asing.
Keterkaitan
antara bahasa dengan budaya memang seperti dua sisi mata uang. Ketika
mempelajari suatu bahasa maka otomatis kita akan mempelajari kebudayaan,
nilai-nilai sosial, moral dan kemasyarakatan si penutur bahasa dan
setting dimana bahasa tersebut digunakan. Pengaksesan bahasa asing sejak
dini akan membuat anak secara otomatis mempelajari budaya masyarakat
penutur asli bahasa tersebut.
Kedudukan
Bahasa Inggris di Indonesia merupakan bahasa asing pertama. Kedudukan
tersebut berbeda dengan bahasa kedua. Mustafa (2007) dalam hal ini
menyatakan bahwa bahasa kedua adalah bahasa yang dipelajari anak setelah
bahasa ibunya dengan ciri bahasa tersebut digunakan dalam lingkungan
masyarakat sekitar. Sedangkan bahasa asing adalah bahasa negara lain
yang tidak digunakan secara umum dalam interaksi sosial. Kedudukan
Bahasa Inggris di Indonesia tersebut mengakibatkan jarang digunakannya
Bahasa Inggris dalam interaksi sosial di lingkungan anak. Hal tersebut
menjadi tantangan tersendiri bagi lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) yang
menggunakan bahasa pengantar Bahasa Inggris karena pemerolehan bahasa
asing bagi anak berbanding lurus dengan volume, frekuensi dan
penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pelaksanaan
program pembelajaran dengan pengantar Bahasa Inggris tersebut mendapat
berbagai kendala mengingat kedudukan Bahasa Inggris di Indonesia sebagai
first foreign languange (bahasa asing pertama). Artinya,
Bahasa Inggris hanya menjadi bahasa pada kalangan tertentu, tidak
digunakan oleh masyarakat umum seperti jika kedudukannya sebagi bahasa
kedua. Hal ini menyebabkan kurangnnya interaksi anak terhadap Bahasa
Inggris. Selain itu terdapat juga berbagai pendapat mengenai pemerolehan
bahasa kedua atau bahasa asing yang bisa mempengaruhi perkembangan
bahasa ibu.
In
general, speech-language problems are less likely to occur when both
languages are introduced early and simultaneously. There is a greater
possibility of problems if children are introduced to a second language
during the preschool years after another language was used exclusively.
Some people believe that if a second language is introduced before the
first language is fully developed, the development of the first language
may be slowed or even regress. Others believe that the skill level of
the second language will develop only to that of the first.
Pendapat
tersebut mengungkapkan bahwa secara umum terjadi masalah jika anak
dikenalkan pada dua bahasa secara bersamaan pada usia dini. Terutama
ketika dikenalkan pada usia pra sekolah setelah bahasa ibu sudah sering
digunakan. Pendapat lainnya menjelaskan bahwa jika bahasa kedua
dikenalkan sebelum bahasa pertama benar-benar terkuasai, maka bahasa
pertama perkembangannya akan lambat dan bahkan mengalami regresi. Selain
itu, ada juga yang berpendapat bahwa bahasa kedua akan terperoleh
ketika bahasa pertama sudah dikuasai.
Berbagai pendapat tersebut menjadi permasalahan tersendiri mengenai pembelajaran anak usia dini
yang menggunakan Bahasa Inggris dalam konteks Bahasa Inggris sebagai
bahasa asing di Indonesia. Perlu pengembangan program yang mapan dan
berkesinambungan untuk menciptakan suatau program yang memang efektif
untuk diteraplan di lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) di Indonesia, mengingat kedudukan Bahasa Inggris itu sendiri sebagai first foreign language.
Pendidikan Anak : Artikel Anak Usia Dini
Pendidikan anak kali ini akan menyajikan artikel anak usia dini
khusus untuk pembahasan aspek-aspek perkembangan anak usia dini. Dengan
mengetahui aspek-aspek perkembangan anak usia dini akan lebih
memantapkan pengetahuan kita tentang pendidikan anak usia dini.
Aspek-AspekPerkembangan Anak Usia Dini
Pada masa usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden years) yang
merupakan masa dimana anak mulai peka/sensitif untuk menerima berbagai
rangsangan. Masa peka pada masing-masing anak berbeda, seiring dengan
laju pertumbuhan dan perkembangan anak secara individual.
Masa peka adalah
masa terjadinya kematangan fungsi fisik dan psikis yang siap merespon
stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini juga merupakan masa
peletak dasar untuk mengembangkan kemampuan kognitif, motorik, bahasa, sosio emosional, agama dan moral.
Beberapa Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini :
1. Aspek Perkembangan Kognitif
Tahapan
Perkembangan Kognitif sesuai dengan teori Piaget adalah: (1) Tahap
sensorimotor, usia 0 – 2 tahun. Pada masa ini kemampuan anak terbatas
pada gerak-gerak refleks, bahas awal, waktu sekarang dan ruang yang
dekat saja; (2) Tahap pra-operasional, usia 2 – 7 tahun. Masa ini
kemampuan menerima rangsangan yang terbatas. Anak mulai berkembang
kemampuan bahasanya, walaupun pemikirannya masih statis dan belum dapat
berpikir abstrak, persepsi waktu dan tempat masih terbatas; (3) Tahap
konkret operasional, 7 – 11 tahun.
Pada
tahap ini anak sudah mampu menyelesaikan tugas-tugas menggabungkan,
memisahkan, menyusun, menderetkan, melipat dan membagi; (4) Tahap formal
operasional, usia 11 – 15 tahun. Pada masa ini, anak sudah mampu
berfikir tingkat tinggi, mampu berfikir abstrak.
2. Aspek Perkembangan Fisik
Perkembangan
motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui
kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot terkoordinasi (Hurlock:
1998). Keterampilan motorik anak terdiri atas keterampilan motorik kasar
dan keterampilan motorik halus. Keterampilan motorik anak usia 4-5
tahun lebih banyak berkembang pada motorik kasar, setelah usia 5 tahun
baru.terjadi perkembangan motorik halus.
Pada
usia 4 tahun anak-anak masih suka jenis gerakan sederhana seperti
berjingkrak-jingkrak, melompat, dan berlari kesana kemari, hanya demi
kegiatan itu sendiri tapi mereka sudah berani mengambil resiko. Walaupun
mereka sudah dapat memanjat tangga dengan satu kaki pada setiap tiang
anak tangga untuk beberapa lama, mereka baru saja mulai dapat turun
dengan cara yang sama.
Pada
usia 5 tahun, anak-anak bahkan lebih berani mengambil resiko
dibandingkan ketika mereka berusia 4 tahun. Mereka lebih percaya diri
melakukan ketangkasan yang mengerikan seperti memanjat suatu obyek,
berlari kencang dan suka berlomba dengan teman sebayanya bahkan
orangtuanya (Santrock,1995: 225)
3. Aspek Perkembangan Bahasa
Hart
& Risley (Morrow, 1993) mengatakan umur 2 tahun, anak-anak
memproduksi rata-rata dari 338 ucapan yang dapat dimengerti dalam setiap
jam, cakupan lebih luas adalah antara rentangan 42 sampai 672. 2 tahun
lebih tua anak-anak dapat mengunakan kira-kira 134 kata-kata pada jam
yang berbeda, dengan rentangan 18 untuk 286.
Membaca
dan menulis merupakan bagian dari belajar bahasa. Untuk bisa membaca
dan menulis, anak perlu mengenal beberapa kata dan beranjak memahami
kalimat. Dengan membaca anak juga semakin banyak menambah kosakata. Anak
dapat belajar bahasa melalaui membaca buku cerita dengan nyaring. Hal
ini dilakukan untuk mengajarkan anak tentang bunyi bahasa.
4. Aspek Perkembangan Sosio-Emosional
Masa
TK merupakan masa kanak-kanak awal. Pola perilaku sosial yang terlihat
pada masa kanak-kanak awal, seperti yang diungkap oleh Hurlock
(1998:252) yaitu: kerjasama, persaingan, kemurahan hati, hasrat akan
penerimaan sosial, simpati, empat, ketergantungan, sikap ramah, sikap tidak mementingkan diri sendiri, meniru, perilaku kelekatan.
Erik
Erikson (1950) dalam Papalia dan Old, 2008:370 seorang ahli
psikoanalisis mengidentifikasi perkembangan sosial anak: (1) Tahap 1:
Basic Trust vs Mistrust (percaya vs curiga), usia 0-2 tahun.Dalam tahap
ini bila dalam merespon rangsangan, anak mendapat pengalaman yang
menyenamgkan akan tumbuh rasa percaya diri, sebaliknya pengalaman yang
kurang menyenangkan akan menimbulkan rasa curiga; (2) Tahap 2 : Autonomy
vs Shame & Doubt (mandiri vs ragu), usia 2-3 tahun. Anak sudah
mampu menguasai kegiatan meregang atau melemaskan seluruh otot-otot
tubuhnya.
Anak
pada masa ini bila sudah merasa mampu menguasai anggota tubuhnya dapat
meimbulkan rasa otonomi, sebaliknya bila lingkungan tidak memberi
kepercayaan atau terlalu banyak bertindak untuk anak akan menimbulkan
rasa malu dan ragu-ragu; (3) Tahap 3 : Initiative vs Guilt (berinisiatif
vs bersalah), usia 4-5 tahun.
Pada
masa ini anak dapat menunjukkan sikap mulai lepas dari ikatan orang
tua, anak dapat bergerak bebas dan ber interaksi dengan lingkungannya.
Kondisi lepas dari orang tua menimbulkan rasa untuk berinisiatif,
sebaliknya dapat menimbulkan rasa bersalah; (4) Tahap 4 : industry vs
inferiority (percaya diri vs rasa rendah diri), usia 6 tahun – pubertas.
Anak
telah dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan untuk menyiapkan diri
memasuki masa dewasa. Perlu memiliki suatu keterampilan tertentu. Bila
anak mampu menguasai suatu keterampilan tertentu dapat menimbulkan rasa
berhasil, sebaliknya bila tidak menguasai, menimbulkan rasa rendah diri.
Daftar Pustaka
Arya, P.K. 2008. Rahasia Mengasah Talenta Anak. Jogjakarta: Think
Hurlock, Elizabeth B. 1998. Psikologi Perkembangan, terj. Istiwidiyanti dan Soedjarwo. Jakarta: Erlangga
Anonym. 2007. Prinsip dan Praktek Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat PAUD
Papalia,
Diane E, Etc. 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan,
terjemahan A. K. Anwar). Jakarta: Kencana Prenada Media Grup
Tidak ada komentar:
Posting Komentar