Pendidikan anak usia dinii, mengasah keunikan anak
PAUDNGESTI : Tingkat kesadaran masyarakat untuk memberikan
pendidikan pada anak usia dini sudah semakin membaik. Hal itu sejalan
dengan gerakan pendidikan anak usia dini (
PAUD)
yang digalakkan pemerintah. Hanya kesadaran tersebut belum diimbangi
dengan ketersediaan lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) yang
memenuhi syarat. Ketua Himpunan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Anak
Usia Dini (Himpaudi) Jabar, Anna Anggraeni mengatakan, hal itu terjadi
karena adanya persepsi dan cara pandang yang salah dari masyarakat.
Mencampuradukkan pendidikan dengan nilai bisnis. Menganggap PAUD menjadi
lahan peluang untuk mencari uang. Yang paling fatal, bila latar
belakang pendidik tidak memahami kurikulum tumbuh kembang anak, keunikan
anak dan perkembangan inovasi model pembelajaran. Padahal, PAUD
merupakan fasilitator yang menjembatani keunikan setiap anak. Anak dalam
satu kesempatan bisa mendapat multikecerdasan.
Menyadari
segala keterbatasan tersebut, Himpaudi selaku organisasi profesi yang
beranggotan pendidik dan tenaga kependidikan PAUD sudah membentuk
pengurus mulai dari tingkat wilayah, kab./kota, dan ranting beberapa
kecamatan yang satu sama lain saling berhubungan secara sinergis. Hal
itu bertujuan untuk peningkatan mutu pendidik dan saling melengkapi.
Sesuai visi Himpaudi tahun 2015 menjadikan pendidik yang profesional,
tangguh, berakhlak mulia, dan disyaratkan berlatar belakang S-1.
Sementara untuk percepatan sosialisasi dan peningkatan mutu pendidik,
Himpaudi mengadakan pelatihan “Beyond Center and Circle Times” (BCCT).
“Respons di daerah sangat mengharukan. Mereka sangat haus ilmu dan
pembelajaran. Sungguh, percepatan pelayanan yang kita berikan harus kita
jaga bersama untuk kualitas pendidik tutor di lapangan,” ujar Anna.
Pelatihan swadaya dan yang terakhir kami lakukan tanggal 5-6 Juli 2008
di PAUD terbuka Bina Insani. Pada kesempatan itu, para pengurus
melakukan temu pimpinan daerah dengan inovasi kemasan kegiatan. “Bukan
hanya sharing, caracter building, tetapi juga pemberian materi pendidik
PAUD dari Jakarta,” ujarnya. Peserta juga memeroleh materi-materi
tentang penanaman budi luhur oleh pembina Bina Insani. “Semua itu
diupayakan untuk mengupas sentuhan hati kiprah dan tugas profesi
pendidik PAUD,” imbuhnya. Selain itu, Himpaudi berupaya keras melalui
semua komponen untuk menjaga kesinambungan PAUD nonformal dan PAUD
informal, antara lain para tutor, keluarga, ibu dan bapak pengasuh,
serta anggota keluarga lainnya termasuk nenek, kakek, agar kesinambungan
pendidikan dengan kemasan iman dan takwa tidak hanya dilakukan di
sekolah, tetapi juga di rumah dan di lingkungan anak tersebut berada.
“Memang masih perlu adanya sosialisasi dan kesadaran semua pihak.
Apalagi anak peniru ulung dan sangat membutuhkan rasa aman dan nyaman
serta keteladanan dari sekitarnya,” ujar Anna. Menjawab tentang dampak
negatif bila lembaga PAUD tidak sesuai dengan yang disyaratkan, Anna
mengatakan, akan terjadi dampak permanen, mengingat usia anak PAUD
memiliki kecerdasan optimal yang dapat menyerap apa pun yang diberikan
kepadanya. Oleh karena itu, semua metode yang terangkum dalam BCCT
menjadi semacam “obat generik”. Panduan kegiatan PAUD ini disesuaikan
dengan tumbuh kembang dan dikemas dalam suasana bermain sambil belajar.
Tidak lagi dengan sistem klasikal. Pendekatan lingkaran dan sentra ini
didesain untuk memenuhi identitas anak bermain, mampu melahirkan minat
yang pada akhirnya menumbuhkan minat pada keaksaraan. Jadi bukan dengan
cara calistung. “Jadi, tuntutan orang tua yang merasa bangga dan
menuntut anak usia dini mahir calistung bukan lagi cara pandang tepat.
Selain belum waktunya, juga melanggar hak anak bermain. Efeknya, akan
menimbulkan kejenuhan dini pada anak. Biasanya terlihat pada usia anak
kelas 4 SD dan seterusnya,” tutur Anna. Perihal syarat sebuah lembaga
PAUD yang ideal, Anna menyebutkan niat sebagai landasan awal. Sementara
pengelolanya bisa PAUD nonformal, TPA, kelompok bermain, SPS yang
didirikan oleh organisasi kemasyarakatan dan berbadan hukum. Dapat pula
oleh orsos dan organisasi wanita yang memiliki susunan pengurus,
pendidik yang berlatar belakang yang disyaratkan, rencana tahunan,
semester, bulanan, dan harian. sumber :
(Eriyanti/”PR”)***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar